Kokka Kaukah Bulan Bintang




Jalan Soreang-Ciwidey ternyata macet, keluhnya. Banyak wisatawan yang ke arah sini. Jalanan baru lancar ketika sudah memasuki kawasan perkebunan teh di Ciwidey-Rancabali. Ketika  menuju perbatasan Rancabali-Bandung suaminya menepikan mobil di SPBU jalan kopo. 

Pandangan nya tertarik pada bocah penjual koran yang duduk di bawah papan billboard.
Tapi yg lebih menarik perhatian dari bocah berpakaian lusuh dengan topi bisbol hitamnya, yaitu  kalung Kokka Kaukah Bulan Bintang Coklat yang menghiasi lehernya. Terlihat bercahaya. Sepasang mata bulat bocah itu berbinar ketika melihat anak perempuan nya memakan kripik kentang. Mungkin bocah itu lapar pikirnya. Tatapan nya beradu seiring dengan langkah bocah itu kian mendekat ke mobilnya. Ketika hendak mengulurkan uang receh padanya, refleks gerakan nya terhenti saat suaminya masuk ke mobil
“Ngga usah di kasih bun, nanti kebiasaan.”  
Senyum bocah itu lenyap, dengan ragu perempuan itu urung memberikan nya uang. 

Matanya nya mulai berat saat mobilnya melintas di tanjakan Hutan Ciuja-Cianjur, seakan mimpi tiba-tiba dirasakan nya benturan dari arah belakang mobilnya, lalu perasaan seperti dia melayang disusul suara benturan keras dan tangisan. oh Tuhan, anaknya. Tapi dia tdk bisa apa-apa, tangan dan kaki nya mati rasa, kepalanya nya seolah remuk, rasa pahit memenuhi kerongkongan, bau anyir darah dan bensin menguar ke udara. Terdengar suara dentuman lagi. Pandangan nya mulai mengabur. Dan cahaya terakhir yg di lihat nya adalah pantulan cahaya dari kalung kokka kaukah bulan bintang, milik bocah tadi.



Kuningan 220120 | Dewi Yuliyani

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Biru Se-biru Talaga Biru Cicerem Kaduela

"Tetap Muda" dengan Konsep Dilatasi Waktu

4 Tipe Kepribadian Manusia